1. Merapi Mountain
Merapi Mountain didirikan oleh Hendri Agustin dan Tejasari pada tanggal 10 Desember 2012 dengan produk pertamanya adalah tenda dengan nick name Half Moon 2. Dengan mengusung konsep tenda berkwalitas dengan harga terjangkau mereka maju bersaing dengan merek-merek lokal dan import yang sudah lama merajai pasar industri outdoor di tanah air. Merapi bukan hanya nama gunung di Jogjakarta, akan tetapi ada dua gunung lain di Indonesia yang bernama sama, yaitu di Sumatera Barat ada gunung bernama Gunung Marapi (dialek lokal dari Merapi) dan satu gunung lagi yang berada dalam ruang lingkup pegunungan Hyang Argopuro juga benama Gunung Merapi. Selain itu Merapi Mountain terjemahan ke bahasa Indonesia adalah Pegunungan Merapi, bukan Gunung Merapi karena terjemahan kata Gunung Merapi Ke bahasa Inggris adalah Mount Merapi. Selain itu pemilihan nama Merapi Mountain adalah karena hampir 90% pegunungan di Indonesia adalah pegunungan berapi dan hal itu juga yang menginspirasi asal lahirnya nama brand Merapi Mountain bukan Mount Merapi. Produk dari brand Merapi Mountain saat ini terfokus pada Tenda, Sleeping bag dan aksesoris pembantu lainnya. Seiring dengan perkembangannya nanti bukan tidak mungkin kami akan memproduksi berbagai kebutuhan para pendaki gunung dan traveler dimana saja berada. Selain fokus pada peralatan pendakian dan kegiatan alam bebas lainnya, kami juga memproduksi beberapa perlengkapan untuk para traveler dan city backpacker yang akan mempermudah mereka dalam menikmati perjalanan traveling mereka di kota-kota dunia.
2. Avtech
Avtech sebelumnya bernama Gelarwangi. Avtech kepanjangannya Adventure technology berdomisili di Jakarta dan didirikan pada tahun 1996 oleh Yudhi Kurniawan. Produk-produk dari Avtech terkenal dengan inovasi menarik yang dihadirkannya. Hingga saat ini produk peralatan outdoor dari Avtech sudah tersebar di lebih dari 100 kota di Indonesia. Produknya menjadi favorit banyak pecinta alam di Indonesia maupun luar negeri, tidak lain karena kualitas terbaik yang diberikannya.
3. Alpina
Paidjan Adriyanto mendirikan Alpina pada 1 Agustus 1985, yakni sebuah merek dagang perlengkapan dan pakaian outdoor asal kota kembang, Bandung. Alpina terkenal akan tasnya yang banyak digunakan anak-anak era 90an. Dalam mendirikan Alpina, awalnya Yanto melihat peluang dari perlengkapan dan pakaian outdoor tersebut. Ia pun lantas membuka workshop di kawasan Cisitu, Dago. Sebelum membuat Alpina, Yanto adalah seorang pegawai sebuah pelopor penyedia perlengkapan mendaki gunung bernama Jayagiri. Namun karena Jayagiri saat itu sibuk dan fokus mengerjakan proyek dari Kementerian Pertahanan, ide-ide yang dimiliki Yanto tak bisa terserap dengan baik. Akhirnya, Yanto mengundurkan diri dan membuat merek Alpina. Nama Alpina bukanlah hasil contekan dari brand mobil luar negeri, tapi adalah sebuah singkatan yakni Alam Pegunungan Indonesia (Alpina). Ini karena Yanto sejak dulu adalah pecinta alam dan terlahir di keluarga yang dekat dengan alam. Setelah memproduksi tas, Yanto melakukan pemasaran seorang diri. Ia berkeliling dari toko ke toko untuk menawarkan tas hasil buatannya. Ia bahkan memasarkan ke wilayah Jawa Tengah seperti Semarang, kemudian Yogyakarta, Malang dan Surabaya, kemudian Jakarta dan sekitarnya. Hal ini dilakukan agar Alpina bisa terkenal di pasaran. Produk Alpina kemudian booming di era 90an hingga sempat tergilas krisis moneter tahun 1997-1998. Memang, saat itu periode 1990an Alpina tak memiliki pesaing berat dan Alpina juga memiliki jaringan pemasaran yang luas di seluruh Indonesia. Namun saat krisis melanda pada era 1997-1998, produksi Alpina turun. Toko-tokonya berguguran, agar lebih efisien Alpina memang mengurangi produksi barang. Dan kini tersisa satu showroom di Bandung. Kini, Alpina mulai kembali ke peredaran pakaian untuk pecinta alam untuk para pelanggan setianya.
4. Claw
Claw Feel Free merupakan ‘brand outdoor’ tanah air yang sudah berdiri sejak tahun 1999. ‘Brand’ asal Semarang, Jawa Tengah ini memulai bisnis dari berjualan sepatu panjat. Owner Claw Feel Free, Suban Aziz menceritakan, bahwa alasannya memulai bisnis karena ingin memberikan kesempatan pada pemanjat pemula memiliki sepatu panjat. Sepatu panjat, kata Suban, pada masa itu terbilang mahal dan tidak terjangkau bagi para pendaki pemula. Maka dari itu dirinya membuat ‘home made’ sepatu panjat. Aan, sapaannya melanjutkan, visinya membumikan ‘Claw’ di kalangan pendaki pemula saat itu terbilang berhasil. Karena, banyak Atlet pemanjat yang diantarkan berkarir hingga internasional dengan sepatu produksinya. Lanjut Suban, dengan keberhasilannya dalam memasarkan sepatu panjat, ‘Claw’ pun berhasil mengembangkan produk. Dengan kesuksesan yang saat ini sudah ia dapat, Aan menjelaskan dirinya masih tetap bertahan dengan konsep ‘home made’ dan enggan membuka toko. Padahal, akunya, saat ini ‘Claw’ sudah menjadi penyuplai barang ke toko ‘outdoor’ di banyak wilayah Indonesia. Bahkan sempat menjadi produsen untuk toko ‘outdoor’ di Singapura.
5. Gravell
Gravell merupakan merek peralatan outdoor lokal buatan Indonesia dengan tiga cabang yang tersebar di Bandung, Semarang, dan Yogyakarta. Memiliki produk tas gunung kuat, desain nggak norak, dan harga sangat terjangkau, merek tersebut dibikin oleh Tomi Sugianto yang memiliki hobi hiking. Saat ini merek ini memproduksi tas daypack dan tas keril. Tas yang terkenal dan terfavorit dari gravell yaitu keril Sangkareang. Merek ini tersebar di toko-toko outdoor wilayah Jakarta dan kota-kota lainnya.
0 Comments:
Post a Comment